Kamis, 06 Maret 2014

Tema      : Peran Media Massa (Televisi)
Diadaptasi dari komik terkenal VB djenggoten 101% Cinta Indonesia
Judul      : Pilihanku
Sinopsis  : Berawal dari bekerja di dunia pertelevisian sebagai desainer panggung, Kriwel mencoba menjelajahi dunia pertelevisian Indonesia. Lima setengah tahun waktu yang cukup lama untuk Kriwel mengetahui kenapa jarang ada tontonan bermutu dalam program televisi Indonesia. Pengalaman demi pengalaman malah membuatnya semakin enggan untuk berlama-lama dalam dunia pertelevisian. Mulai dari acara talkshow, drama komedi, sinetron, hingga film yang lebih banyak menyimpang atau bahkan merusak moral bangsa dari pada sebaliknya. Hal itu sangat bertentangan dengan hati Kriwel. Ditambah dengan kecintaan Kriwel terhadap anaknya, membuat Kriwel semakin yakin untuk resign. Tak ketinggalan, dukungan dari istri tercinta turut mengutkan tekadnya.
Pada 12 Maret 2012, sebuah keputusan telah diambil Kriwel dan mulai melangkah ke dalam sebuah babak baru. Selamat tinggal dunia desain panggung televisi. Maka mau tidak mau, sebuah usaha resiko harus ditempuh. Sebuah usaha yang sangat memerlukan persiapan mental. Menyadari potensi dirinya dalam bidang desain, Kriwel memulai lagi karirnya menjadi seorang komikus. Mencoba perutungan di dunia desain komik, menjadi alasan baginya untuk bisa tetap berkarya bagi keluarga dan bangsa, tanpa mengorbankan hati nuraninya.
Tokoh :
1.      Kriwel
2.      Bpk.nya Kriwel
3.      Santi (Anaknya Kriwel)
4.      Dini (Teman anaknya Kriwel)
5.      Bos (Atasannya Kriwel)
Lattar/setting :
1.      Di rumah
2.      Di kantor
3.      Di studio
Alur    : Campuran
Keterangan: Warna biru (flashback/masa lalu), warna hitam (masa sekarang), warna hijau (pengandaian/mengumpamakan), warna merah (untuk narator).
Prolog :
Lima setengah tahun, waktu yang cukup lama untuk mengetahui kenapa jarang ada tontonan bermutu dalam program televisi Indonesia. Pada 12 Maret 2012, sebuah keputusan telah diambil, melangkah ke dalam sebuah babak baru. Selamat tinggal dunia desain panggung televisi. Maka, mau tidak mau, sebuah resiko harus ditempuh. Sebuah usaha yang sangat memerlukan persiapan mental. Menyadari potensi dirinya dalam bidang desain, Kriwel memulai lagi karirnya menjadi seorang komikus. Mencoba perutungan di dunia desain komik, menjadi alasan baginya untuk bisa tetap berkarya bagi keluarga dan bangsa, tanpa mengorbankan hati nuraninya.
(INT)
Halaman 103, 104, 112, 113 (101% Cinta Indonesia)
Santi   :  Ayaah..main bola yuk... (Memegang bola karet).
Kriwel : (Mengacuhkan. Terlihat sibuk mendesain di laptop).
Tidak lama kemudian...
Kriwel :   (Dukk!! Sebuah bola mengenai kepalanya.) Aahh...sudahlah. Menuruti ambisi tidak akan ada habisnya. (Bermain dengan anak tercinta).
(INT)
Halaman 25: Krisis Lagu Anak (101% Cinta Indonesia)
Esok harinya di rumah.. saat Kriwel sedang mengetik di laptop. Tiba-tiba teringat dan membayangkan… Dulu...
Kriwel (kecil) : I, EN-I, NI.... INI.. I, BE-U, BU... IBU.. (berdiri sambil bernyanyi dan memegang sendok makan).
Bpk. Kriwel     :  (Berdiri sambil tersenyum bahagia melihat kriwel kecil).
Sekarang, mereka melakukannya dengan lagu ini.... (Tersentak mendengar suara Santi bernyanyi)
Santi    :  Bertahan satu CIIIII...INTAAA...bertahan satu CE-I-EN-TE-A... (duduk  sila sambil bernyanyi dengan kedua tangan memegang mainan barbie).
Kriwel :   (Duduk sila di depan laptop dengan wajah skeptis). Ganti ya sayang channelnya.. (Sambil mengambil remote TV dan mengganti channel).
Santi   :  Yaaahhh aaayaahhhh... (cemberut dan bersungut-sungut pergi).
(INT)
Halaman 32: Sinetron
Kriwel     :   Haduhh...sinetron lagi. (Duduk sambil memegang remot yang di arahkan ke TV).
Pemain A :  Aku harus pergi... (Bergegas meninggalkan teman perempuannya).
Pemain B :  Kumohon Dewa, jangan tinggalkan Aku....(Berlinangan air mata).
Kriwel     :   Matiin aja deh,,,bikin pusing yang ada...gak realita. (mengarahkan remot ke TV).
Tidak lama setelah TV dimatikan, terdengar suara dari arah belakang Kriwel...
Santi    : Dini, komohon..jangan lakukan itu... (Hanya terdengar suara).
Kriwel  : (Terkejut dan mencoba mendengar dengan seksama).
Santi    :   Dini..., Aku mohon, 15 menit saja....apa Kau tega meninggalkan Aku merawat para barbie sendirian...? kumohon...Dini.... (Duduk tersimpuh dengan kedua tangan memegangi kaki Dini dan wajah berlinangan air mata).
Dini     :   Maaf, tidak bisa Santi... aku bukan Dini yang dulu lagi, yang dengan mudah menuruti semua keinginanmu...detik ini juga aku harus kembali ke rumah orang tuaku...(berdiri dan hendak melangkahlahkan kaki dengan kedua tangan mendekap boneka).

(INT)
Halaman 142: Hati yang Gelisah (33 Pesan Nabi Vol. 2)
Sore harinya Santi terlihat tengah asik menonton TV...
Kriwel :   Santi.... Udah ya, gak bagus nonton acara TV kayak gitu... (Duduk bersila di depan laptop kemudian memalingkan wajah ke arah Santi dengan tangan kanan menyanggah kepala dan tangan kiri memegang buku).
Santi   :  Haa...h?? Gak bagus kenapa ayah? (Asik nonton TV).
Kriwel :          Itu, marah dikit, lansung pukul-pukulan. Kan gak bagus. Lagipula, acara di TV itu banyak bohongnya.. TV itu kayak racun. (Mengganti posisi duduknya dan menutup buku, melihat tayangan TV yang sedang Santi tonton).
Santi    :   Racun, ayah? Ooohh... tapikan ayah kerja di TV. Berarti, ayah bantu bikin racun juga ya? (memalingkan wajah ke arah Kriwel dengan muka polos).
Kriwel :   (Mak jleb...terpaku dengan pandangan kosong dan termenung. Dalam hati Kriwel bergumam. Dan seolah sedang berdiskusi dengan hati nuraninya). Sudah lebih dari 5 tahun Saya bekerja di televisi. Iya, Saya juga tidak bisa berkelit, ada banyak kemaksiatan yang dijual di sini. Untuk memanjakan mata, menjerat hati pemirsa, semua bisa dilakukan di sini. Tapi, kadang ada acara agama kok. Iya, tapi porsinya kalah jauh dibanding umbar syahwat dunia. Judi berselubung, kuis beratus seri. Melodrama penuh tipuan dan sandiwara, hingga acara ghibah dengan bonus artis yang pamer paha dan dada tentunya. Dan tugas Saya adalah....Mendesain wadahnya, agar hidangan terlihat sedap dipandang mata, meski beracun...
Teguran yang yang tidak disengaja dari sang anak, membuat Kriwel tersadar akan apa yang ia jalani selama ini. Kriwel pun bertekad untuk resign dari pekerjaannya sebagai desainer panggung. Semenjak resign dari pekerjaannya, Kriwel lebih senang duduk di depan laptop untuk mendesain komik. Dikarenakan banyak sentilan-sentilan dalam komik yang diangkat dalam kisah nyata, Kriwel harus memutar memorinya dan mempertajam kepekaannya terhadap lingkungan sekitar. Malam itu Kriwel termenung mengingat masa-masa di saat dia masih bekerja dalam dunia pertelevisian.....
Int – Siang – Kantor
Pemain : Kriwel – Bos

Kriwel : “Maaf Bos, saya ingin resign dari pekerjaan ini.” (menyerahkan surat pengunduran diri)

Bos : “loh kenapa memang? (Bingung) oh, saya tahu. Kamu melakukan ini agar gaji kamu naik? hahaha.” (tertawa)

Kriwel : “tidak bos.”

Bos : “loh terus ada apa tiba tiba kamu sepert ini? kalau kamu ingin dinaikan gajinya akan saya naikan kok.”

Kriwel : “sebelumnya saya ucapkan terima kasih atas kebaikan bos. Tapi maaf sebelumnya, maksud saya bukan itu, saya ingin keluar karena pekerjaan ini memang tidak sesuai dengan hati nurani saya.”

Bos : “yasudah kalau begitu terserah kamu saja.”

Kriwel : “terima kasih bos atas pengertiannya.” (bersalaman dengan bosnya) “baiklah kalau begitu saya pamit dahulu bos.” (pergi keluar ruangan)

Bos: “iya, semoga sukses ya.” (tersenyum, menggelengkan kepala)

1 bulan kemudian...
INT – SIANG – RUMAH
Pemain: Kriwel

V.O Kriwel
(memegang Storyboard komik) semoga rencana ini bisa berjalan dengan lancar dan sukses.

INT – PAGI – KANTOR
Pemain : Kriwel, Direktur Komik
Kriwel: (menyerahkan hasil Story Board sambil berjabat tangan dengan Direktur Komik)
Direktur Komik: (berjabat tangan sambil tersenyum)
1 minggu kemudian...
INT – PAGI – KANTOR
Pemain: Kriwel, Direktur Komik, 1 wartawan

Direktur Komik: “Selamat” (Berjabat Tangan dengan Kriwel sambil tersenyum bahagia)

Kriwel: “Terima kasih  pak.” (Berjabat Tangan dengan Direktur Komik sambil tersenyum bahagia)

1 Wartawan: “Permisi pak, boleh difoto dahulu untuk dicantumkan di Surat Kabar.”


Direktur Komik dan Kriwel: “oh, silahkan, mari-mari.” (foto bersama dengan komik yang best seller)

0 komentar:

Posting Komentar

my collection

About Me

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.